“It is health that is real wealth and not pieces of gold and silver.”

Jumat, 12 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

Penyelidikan Epidemiologi terbagi dua, yakni :
a.  Penyelidikan  Epidemiologi penyakit menular seperti malaria, TB Paru, campak
b.  Penyelidikan Epidemiologi penyakit tidak menular seperti kematian ibu dan lahir mati/kematian bayi.
MALARIA
Sejarah
Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Klinik penyakit malaria adalah khas, mudah dikenal, karena demam yang naik turun dan teratur disertai menggigil, maka pada waktu itu sudah dikenal febris tersiana dan febris kuartana. Disamping itu terdapat kelainan pada limpa, yaitu splenomegali : limpa membesar dan menjadi keras, sehingga dahulu penyakit malaria disebut demam kura.
Meskipun penyakit ini telah diketahui sejak lama. Penyebabnya belum diketahui. Dahulu diduga bahwa penyakit ini disebabkan oleh hukuman dari dewa-dewa karena waktu itu ada wabah di sekitar kota Roma. Ternyata penyakit ini banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk di sekitarnya, maka penyakitnya disebut “malaria” (mal area= udara buruk =bad air).
Baru pada abad ke-19, Laveran melihat “bentuk pisang dalam darah seorang penderita malaria. Kemudian diketahui bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk (Ross,1897) yang banyak terdapat dirawa-rawa.
Definisi
Malaria adalah infeksi Protozoa (Plasmodium), yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Hospes
Parasit malaria termasuk genus Plasmodium. Pada manusia terdapat 4 spesies : Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
Distribusi geografik
Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar di seluruh kepulauan, terutama di kawasan timur.
Penularan penyakit malaria sangat tergantung pada nyamuk anopheles betina. Nyamuk  anopheles betina yang akan bertelur membutuhkan darah, bisa darah binatang, seperti burung dan reptil atau darah manusia.  Gigitan nyamuk pada manusia atau binatang yang telah terinfeksi parasit akan mengakibatkan nyamuk terinfeksi parasit yang kemudian menularkan parasit kepada manusia yang sehat melalui gigitan nyamuk tersebut.
Penyakit malaria dapat menimbulkan komplikasi berupa :
·         Gangguan sistem saraf pusat.
·         Gangguan ginjal akut.
·         Kelainan hati.
·         Perdarahan.
·         Bengkak paru.

Perjalanan penyakit:
  • Demam terjadi saat sporulasi dan destruksi eritrosit -> keluar zat pirogen -> demam
  • Anemia karena sporulasi dan destruksi Eritrosit
  • Terjadi Aglutinasi Erytrosit intravaskuler
  • Anoksia sel karena anemia dan aglutinasi
  • Hepatospleenomegali karena hypertrofi RES
  • Ikterus krn hemolisis eritrosit intravaskuler
  • Anemia Malaria oleh P. falsifarum lebih hebat daripada lain
Gejala klinis:
  • Masa tunas antara 10-14 hari
  • Fase prodormal: menggigil, demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksi, lelah
  • Gejala khas: serangan berulang paroksismal, menggigil-demam-berkeringat-rekonvalesen
  • Ikterus, Anemia, Hepatomegali, Spleenomegali, Hipotensi postural, Urobilinuria
  • Plasmodium vivax: demam tiap hari ke 3
  • Plasmodium falsifarum: demam kurang 48 jam
  • Plasmodium malariae: demam tiap 72 jam
Penyelidikan Epidemiologi
Di suatu daerah malaria dapat terjadi epidemik (wabah), yaitu jika pada suatu waktu jumlah penderita meningkat secara tajam. Di suatu daerah keadaan malaria disebut stabil (stable malaria) jika di daerah itu ada transmisi yang tinggi secara terus menerus. Di daerah seperti itu biasanya kekebalan penduduk adalah tinggi sehingga tidak mudah terjadi epidemic. Di suatu daerah malaria tersebut tidak stabil (unstable malaria), jika transmisi di daerah itu idak tetap. Di daerah seperti ini kekebalan penduduk biasanya rendah, sehingga lebih mudah terjadi epidemic.
Berat ringannya infeksi malaria pada suatu masyarakat diukur dengan densitas parasit (parasite density) yaitu jumlah rata-rata parasit dalam sediaan darah positif. Berat ringannya infeksi malaria pada seseorang diukur dengan hitung parasit (parasite count) yaitu jumlah parasit dalam 1 mm3 darah.
Sifat malaria juga dapat berbeda dari satu daerah lain, yang banyak tergantung pada beberapa factor, yaitu : 1) parasit yang terdapat pada pengandung parasit 2) manusia yang rentan 3) nyamuk yang dapat menjadi vektor dan 4) lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup masing-masing.
1.      Parasit
Yang penting untuk penularan malaria ialah manusia yang mengandung stadium gametosit, yang dapat membentuk stadium infektif (sporozoit) di dalam nyamuk (vector). Sifat parasit juga dapat berbeda dari satu daerah ke daerah lain, terutama mengenai sensitivitas terhadap berbagai obat anti malaria. Sekarang telah banyak ditemukan P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Di Indonesia resistensi ini makin lama makin tersebar di banyak daerah.

2.      Manusia
Keadaan manusia dapat menjadi pengandung gametosit, yang dapat meneruskan daur hidupnya dalam nyamuk, adalah penting sekali. Manusia ada yang rentan (suseptibel), yang dapat ditulari dengan malaria, tapi ada pula yang lebih kebal dan tidak mudah ditulari dengan malaria. Berbagai bangsa (ras) mempunyai kerentanan yang berbeda-beda (factor rasial). Pada umumnya pendatang baru ke sutu daerah endemic, lebih suseptibel terhadap malaria dari pada penduduk aslinya.

3.      Vektor
Nyamuk Anopheles di seluruh dunia meliputi kira-kira 2000 spesies, sedang yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, emenurut pengamatan terakhir ditemukan kembali 80 spesies Anopheles, sedang yang ditemukan sebagai vector malaria adalah 16 spesies dengan tempat perindukannya yang berbeda-beda. Di Jawa dan Bali An. sundaicus dan An. aconitus merupakan vector utama, sedang An.subpictus dan An. maculates merupakan vector sekunder.

4.      Lingkungan
Keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keadaan malaria di suatu daerah. Pengaruh iklim penting sekali terhadap ada atau tidaknya malria. Di daerah beriklim dingin, transmisi malaria hanya mungkin terjadi pada musim panas; juga masa inkubasinya dapat terpengaruhi oleh iklim. Di daerah yang kurang baik untuk biologi vektornya, kemungkinan adanya malaria adalah lebih kecil. Daerah pegunungan yang tinggi pada umumnya bebas malaria. Perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan tempat perindukan vector, sangat berpengaruh terhadap keadaan malaria dan dapat mempunyai dampak yang positif atau negative terhadap keadaan malaria di daerah itu. Suhu udara, kelembaban dan curah hujan merupakan factor penting untuk transmisi penyakit malaria.
Kolam-kolam ikan bandeng merupakan man made breeding places untuk An. Sundaicus, sedang pengolahan sawah yang terus menerus merupakan man made breeding places untuk An.aconitus. Juga berbagai aktivitas pembangunan dapat menyebabkan terjadinya man made breeding places untuk vektor-vektor, sehingga keadaan malaria dapat memburuk dengan adanya pembangunan tadi yang perlu mendapat perhatian.

Pemberantasan

Pemberantasan dilakukan dengan mematahkan mata rantai daur hidup parasit, yaitu dengan memusnahkan parasitnya dalam badan manusia dengan pengobatan atau memusnahkan nyamuk vektornya dengan berbagai cara. Sebaiknya pemberantasan dilakukan dengan kedua cara serentak, yaitu mengobati pengandung parasit dan mehilangkan tempat perindukan vector atau membunuh vector dengan berbagai insektisida. Dalam pemberantasan malaria dapat dibedakan pemberantasan (control) dan pembasmian (eradication). Di Indonesia pada taraf sekarang dilakukan pemberantasan saja.
Pencegahan
Hal terpenting agar tidak terkena malaria adalah menghindari gigitan nyamuk. Beberapa langkah yang dapat dilakukan agar tidak tergigit nyamuk yaitu:
1.      Menggunakan jaring nyamuk/kawat kasa anti nyamuk pada pintu dan jendela
2.      Menggunakan kelambu saat tidur
3.      Menggunakan krim anti nyamuk
4.      Menyemprot kamar tidur dengan obat anti nyamuk pada malam hari sebelum digunakan
5.      Menggunakan pakaian yang sesuai (yang dapat menutupi bagian tubuh dengan baik dan berwarna cerah)
Pengobatan
Terdapat beberapa obat yang dapat digunakan sebagai pencegahan/profilaksis:

1. Klorokuin (300 mg basa, umumnya 1 minggu sekali).
2. Amodiakuin (300-400 mg basa, 1 minggu sekali).
3. Proguanil (100 mg setiap hari).
4. Pirimetamin (25 mg seminggu sekali).

Obat profilaksis/pencegahan umumnya diminum selama 4-8 minggu dan umumnya mulai diminum satu minggu sebelum bepergian ke daerah endemis malaria. Pemilihan obat mana yang akan digunakan bergantung kepada pola kekebalan kuman (pola resistensi) terhadap obat tersebut di suatu daerah. Selain itu dosis dapat berbeda-beda tergantung kepada pola parasit malaria yang ada di suatu daerah. Pada kasus anda, saya sarankan agar anda mencari info dari dinas kesehatan setempat mengenai jenis parasit malaria yang ada didaerah tersebut dan obat yang umumnya digunakan.

TB PARU (TUBERCULOSIS)
Sejarah

Bakteri penyebab TB berhasil ditemukan oleh Robert Koch, seorang dokter dan peneliti asal Jerman pada 24 Maret tahun 1882. Bakteri jenis basil ini kemudian dinamakan Basil Koch (Mycobacterium tuberculosa) , sesuai dengan nama penemunya. Dalam usahanya meneliti penyakit TBC, Robert Koch menghabiskan waktu lebih dari sepuluh tahun, termasuk penelitian di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Indonesia selama satu setengah tahun. Pada tahun 1905, Koch dianugerahi hadiah Nobel bidang kedokteran. Penyakit TB sendiri adalah sebuah penyakit infeksi bakteri pada paru-paru yang sangat menular  (Anonim, 2008)

Definisi
Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Kuman Tuberkulosis :
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu taha terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.


Mycobacterium tuberculosis
Kuman ini disebut juga basil dari Koch. Kuman ini amart penting karena menyebabkan penyakit tuberkulosis (TBC). Tuberkulosis juga disebabkan oleh Mycobacterium bovis pada lembu. Collins, Jates dan Granse (1982) membagi lima varian untuk  Mycobacterium tuberculosis untuk tujuan epidemiologi :
-    M.tuberculosis var. human (TBC manusia)
-    M.tuberculosis var. bovine (TBC lembu)
-    M.tuberculosis var human Asian (TBC manusia Asian)
-    M.tuberculosis var African I (M. africanum, AFrika Barat)
-    M.tuberculosis var African II (M. africanum, AFrika Timur)
(FK UI, 1993)

Habitat dan Sifat Bakteri
Bentuk bakteri Tuberculosis umumnya batang/ basil, tergolong gram positif, dan tahan asam, oleh sebab itu disebut juga Basil Tahan Asam (BTA). Selain itu bakteri ini tidak mempunyai kapsul dan tumbuh lambat pada perbenihan sehingga membutuhkan waktu 4-6 minggu. Bakteri ini tidak bergerak dan merupakan obligat aerob. Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Di alam bakteri terdapat di dalam tanah. Debu-debu di udara, dan terutama berasal dari sputum penderita. (Entjang, 2003)

Penyebab TB
Penyakit TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Berikut adalah bekteri penyebab Tuberkulosis:
·         Mycobacterium tuberculosis
·         Mycrobacterium bovis
·         Mycrobacterium africanum
·         Mycrobacterium canetti
·         Mycrobacterium microti
Penyelidikan Epidemiologi TB Paru yakni pencarian penderita/tersangka TB Paru dan segera melakukan pemeriksaan pada dahak penderita.
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
TB menular melalui udara apabila orang yang membawa TB dalam paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin, atau berbicara, lalu kuman dilepaskan ke udara. Apabila orang lain menghirup kuman ini mereka mungkin terinfeksi. TBC dapat menular ke semua orang dan yang menularkan adalah mereka yang di dalam dahaknya terdapat kuman TB. Kebanyakan orang mendapat kuman TBC dari orang yang sering berada dekat dengan mereka, seperti anggota keluarga, teman, atau rekan sekerja. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. TBC tidak menular melalui barang dan peralatan rumah, misalnya sendok garpu, periuk, gelas, seprai, pakaian atau telepon, jadi tidak diperlukan barang dan peralatan baru untuk kegunaan sendiri.
TB juga dapat ditularkan melalui susu. Cara penyebarannya melalui susu yang tidak steril (biasanya hanya dipanaskan sampai 60 derajat celcius). Susu ini kemudian dikonsumsi oleh orang yang sehat. Dalam hal ini usus merupakan tempat yang pertama. Kuman TB ini melalui sapi yang menderita TB.
Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis :
·         Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas.
·         Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
·         Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.
·         Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
·         Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
·         Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Gejala Penyakit TB
1)     Gejala sistemik/umum
·         Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
·         Penurunan nafsu makan dan berat badan.
·         Batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih, batuk berdahak yang bisa dikuti oleh gejala dahak yang berdarah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan turun, berat badan turun, depresi, berkeringat malam hari meski tidak melakukan kegiatan fisik dan demam meriang lebih dari 1 bulan.
·         Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2)     Gejala khusus
·         Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
·         Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
·         Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
·         Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Tindak Lanjut
Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri, pengontrolan efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi. Untuk terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung. Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan menjadi sumber penyebaran TBC berikutnya. Seseorang yang batuk lebih dari 3 minggu bisa diduga mengidap TBC. Orang ini kemudian harus didiagnosa dan dikonfirmasikan terinfeksi kuman TBC atau tidak. Sampai saat ini, diagnosa yang akurat adalah dengan menggunakan mikroskop. Diagnosa dengan sinar-X kurang spesifik, sedangkan diagnosa secara molekular seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) belum bisa diterapkan.
Jika pasien telah diidentifikasi mengidap TBC, dokter akan memberikan obat dengan komposisi dan dosis sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Adapun obat TBC yang biasanya digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, streptomycin, dan ethambutol. Untuk menghindari munculnya bakteri TBC yang resisten, biasanya diberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4 macam obat ini.
Dokter atau tenaga kesehatan kemudian mengawasi proses peminuman obat serta perkembangan pasien. Ini sangat penting karena ada kecendrungan pasien berhenti minum obat karena gejalanya telah hilang. Setelah minum obat TBC biasanya gejala TBC bisa hilang dalam waktu 2-4 minggu. Walaupun demikian, untuk benar-benar sembuh dari TBC diharuskan untuk mengkonsumsi obat minimal selama 6 bulan. Efek negatif yang muncul jika kita berhenti minum obat adalah munculnya kuman TBC yang resisten terhadap obat. Jika ini terjadi, dan kuman tersebut menyebar, pengendalian TBC akan semakin sulit dilaksanakan.
DOTS adalah strategi yang paling efektif untuk menangani pasien TBC saat ini, dengan tingkat kesembuhan bahkan sampai 95 persen. DOTS diperkenalkan sejak tahun 1991 dan sekitar 10 juta pasien telah menerima perlakuan DOTS ini. Di Indonesia sendiri DOTS diperkenalkan pada tahun 1995 dengan tingkat kesembuhan 87 persen pada tahun 2000 (http:www.who.int). Angka ini melebihi target WHO, yaitu 85 persen, tapi sangat disayangkan bahwa tingkat deteksi kasus baru di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data WHO, untuk tahun 2001, tingkat deteksi hanya 21 persen, jauh di bawah target WHO, 70 persen. Karena itu, usaha untuk medeteksi kasus baru perlu lebih ditingkatkan lagi.


Pengobatan Penyakit TB
1)     Minum obat dengan teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter selama 6 bulan berturut-turut tanpa terputus. Jenis, jumlah, dan dosis obat yang cukup serta teratur dalam menjalankan proses pengobatan.Bila minum obat tidak teratur maka dapat berakibat kuman TBC tidak mati, tumbuh resistensi obat, kuman menjadi kebal sehingga penyakit TBC sulit sembuh.
2)     Makan makanan yang baik dengan gizi yang seimbang
3)     Istirahat yang cukup
4)     Berhenti merokok, hindari minum minuman beralkohol, dan obat bius
5)     Anggota keluarga ikut aktif dalam memperhatikan si penderita dalam meminum obatnya secara teratur dan benar
6)     Dianjurkan meminum obat dalam keadaan perut kosong (pagi)

CAMPAK

Campak merupakan jenis penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh golongan campak Paramyxovirus, penyakit ini sangat menular yang dirandai dengan demam, batuk, konjungtivitas dan ruam kulit. Penularan dapat terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah melakukan vaksinasi.
Penyelidikan Epidemiologi campak yakni pencarian penderita/tersangka campak dan pemeriksaan keadaan lingkungan penderita dan kebiasaan penderita.
Campak dibagi dalam tiga fase, yakni :
1.      Fase Pertama adalah fase inkubasi berlangsung 10-12 hari. Fase ini penderita sudah terinfeksi tapi belum menampakkan gejala.
2.      Fase kedua merupakan awal timbulnya gejala yang mirip sekali dengan gejala flu. Biasanya di sebelah dalam mulut akan muncul bintik-bintik putih yang bertahan 3-4 hari. Terkadang penderita mengalami diare, dan kemudian demam tinggi yang turun naik berkisar 38-50°C.
3.      Fase ketiga keluarnya bercak merah yang merupakan ciri khas dari campak. Bercak ini muncul dengan cara bertahap sampai pada akhirnya timbul di seluruh tubuh penderita. Bercak ini disebut makulopapuler. Bercak akan memenuhi seluruh tubuh sekitar seminggu. Jika daya tahan tubuh penderita baik bercak tidak akan menyebar ke seluruh tubuh. Biasanya setelah bercak merah ini sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah tersebut biasanya akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok dengan sebdirinya. Fase ini merupakan masa penyembuhan yang membutuhkan waktu sekitar 2 minggu.
Pendapat masyarakat umum biasanya kalau terkena campak hanya sekali dalam seumur hidup, ini merupakan anggapan yang salah. Karena setelah terkena campak pun apabila suatu saat kondisi lagi tidak baik, dapat kembali terkena campak. Anggapan tentang apabila terkena campak penderita tidak diharuskan mandi juga anggapan yang salah, melainkan kalau tidak mandi dikhawatirkan keringat yang melekat pada tubuh penderita menimbulkan rasa gatal yang mendorong penderita untuk menggaruk kulit dengan tangan yang tidak lagi bersih sehingga terjadi infeksi pada kulit.
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi jika kondisi tubuh tidak baik atau daya tahan tubuh yang tidak bisa menghambat penyakit lain masuk sehingga campak berakibat serius.
1.      Infeksi bakteri Pnemoniadan infeksi telinga tengah
2.      Kadang terjadi trombositopenia
3.      Ensefalitis (infeksi otak)

Tindak lanjut
·          Bila campaknya ringan, penderita cukup dirawat di rumah. Apabila campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.
·          Penderita perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum mendapat imunisasi .
·          Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna, karena penderita campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.
·         Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.
·         Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.
·          Penderita perlu beristirahat yang cukup.
penyelidikan epidemiologi
Pada pertemuan koordinasi tersebut dilaporkan bahwa semua kasus Campak telah dilakukan Investigasi atau Penyelidikan Epidemiologi sebagai mana mestinya dengan diambil tindakan antara lain :
1.Pengambilan dan pemeriksaan spesimen
2.Pemberian vitamin A pada kasul
3.Penyuluhan kesehatan pada masyarakat
4.Pemantauan wilayah untuk menemukan kasus tambahan.

Melihat data tersebut, telah diambil beberapa kesimpulan sebagai langkah upaya penanggulangan yaitu :
1.    Melakukan pemantauan wilayah secara periodik dan terus menerus setidaknya selama 1 (satu) bulan sejak kasus terakhir atau 2 kali masa inkubasi. Pemantauan dilaksanakan pada lokasi wilayah sekitar rumah, sekolah dan tempat kerja penderita.
2.    Melakukan pemberian vitamin A pada penderita dan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Melakukan penyuluhan kesehatan pada masyarakat.
3.    Penanganan Cold Chain / Rantai dingin penyimpanan vaksin yang sesuai prosedur.
4.    Mempertahankan dan meningkatkan cakupan immunisasi.
5.    Verifikasi data cakupan immunisasi per desa hingga tingkat dusun dan RT.

Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan istirahat yang cukup. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotic.

KEMATIAN IBU
Penyelidikan epidemiologi kematian ibu adalah pencarian kejadian kematian ibu. Di Indonesia angka kematian ibu masih tergolong tinggi. Kematian ibu sering terjadi karena adanya pendarahan saat kehamilan atau melahirkan, infeksi, hipertensi kehamilan, serta oburtos yang tidak aman. Diantara faktor keempat ini yang mengakibatkan angka kematian ibu tinggi yakni adanya pendarahan. Penyebab terjadinya pendarahan karena adanya perlengketan ari-ari, robekan rahim atau otot-otot rahim yang mengendur akibat sering bersalin.
Kematian ibu dicerminkan pada resiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan melahirkan, yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, kondisi social ekonomi, kejadian berbagai komplikasi kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki keadaan sosial ekonomi yang rendah, fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric.

Penyelidikan epidemiologi
investigasi data: memgumpulkan data angka kejadian
koleksi data,dengan kata lain membandingkan jumlah peristiwa kejadian kematian ibu tahun sebelumnya dengan data yang dikumpulkan saat kejadian sekarang sedang berlangsung.
·         Analisis data : menganalisis apakah kejadian kematian ibu mengalami penurunan atau peningkatan
·         kesimpulan: membuat kesimpulan hasil analisa data agar dapat mengetahui strategi penanganan kejadian kematian ibu,strategi ini membantu menenkan angka kematian ibu.

Tindak Lanjut
Pencegahan terjadinya pendarahan dapat dilakukan dengan memeriksakan secara rutin ke dokter mengenai kehamilannya, dan penting juga memeriksakan hemoglobin. Pemeriksaan hemoglobin biasanya sering dilakukan pada usia kehamilan bulan keenam dan ketujuh. Pemeriksaa ini sangat penting untuk menghindari kemungkinan anemia. Pada wanita yang hamil yang terkena anemia otot-otot rahimnya akan  melemah dan tidak segera menutup kembali pasca melahirkan yang bisa menyebabkan terjadinya pendarahan saat melahirkan.
Adapun program yang dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka kematian ibu yakni program maternal and child health, safe motherhood, gerakan sayang ibu, dan making pregnancy safer yang dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan setempat.

KEMATIAN BAYI / LAHIR MATI

Penyelidikan epidemiologi lahir mati / kematian bayi adalah pencarian kejadian kematian bayi Bayi adalah seorang manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Kematian bayi dibagi dua , yakni kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup) dan post neonatal (setelah 27 hari). Penyebab kematian pada saat lahir bisa terjadi karena adanya pendarahan yang luar biasa pada ibu yang akan melahirkan.
Bayi yang baru lahir biasanya diberi asupan makanan berupa air susu ibu (ASI). Ada dari beberapa calon ibu yang tidak bisa mengeluarkan air susu, ini biasanya karena beberapa faktor misalnya saya calon ibu kurang gizi saat hamil.
Banyak faktor yang berpengaruh pada infeksi bawaan lahir pada bayi dan berakibat pada kematian pada bayi. Faktornya itu yakni kesehatan ibu pada hamil dalam keadaan yang buruk/kurangnya asupan gizi yang baik saat hamil, infeksi maternal yang tidak diobati, calon ibu memiliki atau terjangkit penyakit menular yang ditularkan melalui hubungan seksual, infeksi saluran kemih, karioamnionitis, imunisasi ibu terhadap tetanus yang tidak lengkap, penatapelaksanaan persalinan yang belum memadai, pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril, serta kegagalan pemberian ASI dini dan eksklusif.
Fungsi imunologis pada bayi yang belum berkembang dengan baik berpengaruh terhadap angka kesakitan dan kematian karena infeksi bawaan bayi lahir. Terlihatnya cadangan precursor granulosit yang masih rendah dalam sumsum tulang, masih rendahnya aktivitas komplemen serum, dan masih rendahnya kesanggupan memproduksi antibody terhadapn antigen polisakarida bakteri dan lainnya, merupakan imunologis yang belum berkembang dengan baik. Ditambah lagi dengan sedikitnya IgG yang diperoleh dari ibu. Adapun kontak bayi dengan organisme yang potemsial patogenik. Mekanismenya terbagi  dalam tiga kategori, yakni pertama adanya infeksi saat intrautenin (transmisi memalui plasenta), kedua infeksi saat persalinan, dan ketiga infeksi pascanatal yang berasal dari ibu setelah melahirkan dari lingkungan dan rumah sakit.
Calon ibu yang menghidap penyakit infeksi seperti rubella, HIV, herpes simplex, hepatitis dapat menularkan ke janinnya. Ini berdampak pada bayi yang akan lahir. Bayi yang akan lahir akan mati/calon ibu mengalami keguguran, cacat bawaan, retardasi pertumbuhan pada janin dalam kandungan prematuritas, bisa saja terjadi bayi tidak tampak sakit melainkan bayi terlihta normal.

Tindak Lanjut
      Untuk menekan angka kematian pada anak, pemerintah beserta dinas kesehatan mengadakan program maternal and child health, safe motherhood, gerakan sayang ibu, dan making pregnancy safer di setiap daerah. Agar para calon ibu mengetahui cara-cara yang baik dalam menjaga kandungannya dan melakukan tindakan tegas pada praktek kesehatan yang tidak jelas.
Dalam pencegahannya seorang calon ibu harus secara rutin melakukan pemeriksaan kandungannya ke rumah sakit, seorang calon ibu harus cukup gizi guna memberi asupan gizi yang baik pada calon bayi, memberikan vaksin/imunisasi aktif pada ibu hamil, calon ibu harus dalam keadaan kondisi yang sehat dengan berolahraga.

PencegahanAngka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Upaya penyehatan lingkungan seperti penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan higienitas yang memadai, serta pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi meninggal. "Untuk itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan pentingnya upaya kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat”. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI) dapat menekan AKB. Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian bayi dan bahkan 19/0 jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan.
Penyelidikan epidemiologiinvestigasi data: memgumpulkan data angka kejadian
koleksi data,dengan kata lain membandingkan jumlah peristiwa kejadian kematian bayi lahir mati tahun sebelumnya dengan data yang dikumpulkan saat kejadian sekarang sedang berlangsung.
Analisis data : menganalisis apakah kejadian kematian bayi lahir mati mengalami penurunan atau peningkatan
kesimpulan: membuat kesimpulan hasil analisa data agar dapat mengetahui strategi penanganan kejadian kematian bayi lahir mati,strategi ini membantu menekan angka kematian bayi lahir mati.

Razanahtulhaq Azzahra
E2A009089