“It is health that is real wealth and not pieces of gold and silver.”

Minggu, 17 Oktober 2010

Epidemiologi dan Peranan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat


EPIDEMIOLOGI

Pengertian dan Peranan Epidemiologi
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit ataupun masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit dalam masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode pendekatan yang banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan.

Menurut asal katanya, secara etimologis, Epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, di mana epi = upon, pada atau tentang; demos = people, penduduk; dan logia = knowledge, ilmu. Nama Epidemiologi sendiri berkaitan dengan sejarah kelahirannya di mana epidemiologi memberikan perhatian tentang penyakit yang mengenai penduduk (epidemi). Penyakit yang banyak menimpa penduduk pada waktu itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemi (penyakit yang mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi memberikan perhatian tentang epidemi yang banyak menelan korban kematian, dan begitulah nama Epidemiologi tidak bisa dilepaskan dengan epidemi itu sendiri.

Pada awal perkembangannya epidemiologi mempunyai pengertian sempit. Di awal sejarahnya, epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi. Pada perkembangan selanjutnya hingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dengan demikian di sini tampak bahwa epidemiologi dimaksudkan tidak hanya mempelajari penyakit dan epideminya saja, tetapi menyangkut masalah kesehatan secara keseluruhan.

Pada dasarnya epidemiologi dapat dibagi atas tiga jenis utama, yakni :
1. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif berkaitan dengan definisi epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi (distribution) penyakit atau masalah kesehatan masyarakat.
Di sini dipelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah itu dalam masyarakat. Hasil pekerjaan Epidemiologi Deskriptif diharapkan mampu menjawab pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where (dimana), dan kapan (when).
a.Siapa : merupakan  pertanyaan tentang faktor orang yang akan dijawab dengan mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah, bisa mengenai variabel umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor-faktor ini biasa disebut sebagai variabel epidemiologi atau demografi. Kelompok orang yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapatkan risiko, biasanya disebut population at risk (populasi berisiko).
b.Dimana : pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja, atau dimana saja dimana ada kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan . Faktor tempat ini berupa : kota (urban) dan desa (rural); pantai dan pegunungan; daerah pertanian, industri, tempat bermukim atau kerja.
c.Kapan : kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun; musim hujan dan musim kering.
Contoh sederhana epidemiologi deskriptif adalah bila disebutkan banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi Selatan adalah 25.000 lelaki pada tahun 1992.
Walaupun suatu deskripsi epidemiologi itu sederhana tidaklah berarti tidak memberi arti yang penting. Deskripsi yang berguna tidak hanya berguna untuk menggambarkan besarnya masalah tetapi juga memberi gambaran tentang aspek-aspek tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan deskripsi itu.
2. Epidemiologi Analitik
 Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk faktor penyebab (determinan) masalah kesehatan. Di sini diharapkan epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) atau apa penyebab terjadinya masalah itu. Misalnya, setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah memang rokok itu merupakan faktor determinan/penyebab terjadinya kanker paru.
3. Epidemiologi Eksperimental
 Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya suatu luaran (output=penyakit), adalah diuji kebenarannya dengan percobaan (experiment). Misalnya kalau rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan experimen jika rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun, ataupun sebaliknya.

Peran Epidemiologi Epidemiologi diharapkan dapat berperan dalam pembanguan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan. 

Bentuk peran itu dapat dijabarkan dalam 7 peran utama (Valanis, 10), yaitu :
1.Investigasi etiologi penyakit
2.Identifikasi faktor resiko
3.Identifikasi sindrom dan klasifikasi penyakit
4.Melakukan diagnosis banding (differential diagnosys) dan perencanaan pengobatan
5.Surveilan status kesehatan penduduk
6.Diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanan kesehatan
7.Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat.

Selain itu Beoglehole (WHO 1977) mengemukakan 4 peran utama epidemiologi, yakni :
1.Mencari kausa; faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan dan yang menyebabkan terjadinya penyakit.
2.Riwayat alamiah penyakit : perlangsungan penyakit, bisa sangat mendadak (emergency), akut dan kronik.
3.Deskripsi status kesehatan masyarakat; menggambarkan proporsi menurut status kesehatan, perubahan menurut waktu, perbuhan menurut umur, dan lain-lain.
4.Evaluasi hasil intervensi; menilai bagaimana keberhasilan berbagai intervensi seperti promosi kesehatan, upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan.

Contoh :
Surveilans Epidemiologi Berantas Penyakit Menular..!
Surveilans kasus lumpuh layuh akut (AFP) merupakan salah satu strategi dari eradikasi polio, yaitu melakukan pengamatan terus-menerus secara sistematis terhadap setiap kasus AFP.
Tujuannya, untuk mendeteksi kemungkinan keberadaan virus polio liar di suatu wilayah, sehingga dapat dilakukan mopping up atau upaya khusus untuk memutus transmisi virus polio liar agar tidak menyebar ke wilayah yang lebih luas.
Surveilans AFP harus dilaksanakan secara terus-menerus dengan kinerja surveilans berkualitas tinggi. Virus polio liar terakhir diisolasi di Indonesia pada tahun 1995. Tahun 1997, kinerja surveilans AFP Indonesia dievaluasi tim internasional di mana hasilnya dinyatakan baik. Tahun 1998, Indonesia dinyatakan sebagai daerah recently non endemic.
Namun, krisis ekonomi serta konflik sosial politik dan transisi desentralisasi sistem pemerintahan menurunkan kinerja surveilans AFP. Pada gilirannya, kemampuan untuk mendeteksi kemungkinan importasi virus polio liar ke wilayah Indonesia menjadi lemah.
Belajar dari cacar
Tahun 1960-an, Indonesia dikenal sebagai negara endemis tinggi cacar. Surveilans epidemiologi diterapkan sebagai dasar strategi pembasmian cacar pada tahun 1968. Strategi yang disebut surveillance containment action, atau upaya pembatasan kasus melalui surveilans tersebut, terdiri atas deteksi kasus secara dini lewat pencarian secara aktif serta penelusuran kasus ke belakang dan ke depan (mencari kasus yang ada sebelum maupun sesudah kasus yang ditemukan).
Selanjutnya, dilakukan vaksinasi pada radius 100 meter dari tempat kasus ditemukan/letusan (ring vaccination), dan kemudian dengan kunjungan teratur di tempat letusan sampai dua minggu sesudah kasus terakhir sembuh.
Dengan cara ini, setiap kasus atau letusan segera diketahui dan diatasi. Hasilnya, jumlah kasus dan provinsi yang terjangkit menurun pada tahun 1970, dan sejak Januari 1972 tidak ada lagi laporan adanya penderita cacar. Dua tahun kemudian, 25 April 1974, Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas cacar, setelah dievaluasi komisi independen yang diorganisasikan oleh WHO.
Masalah yang dihadapi dalam eradikasi polio lebih rumit. Harus dibuktikan tidak ada kasus selama tiga tahun lewat surveilans yang baik. Padahal, sejak tahun 1999 kinerja surveilans AFP melemah. Di sisi lain, ada ancaman importasi virus polio liar dari negara lain yang belum bebas polio, risiko sirkulasi Sabin derived vaccine virus, yaitu turunan virus dari vaksin yang bereplikasi pada individu yang imunitas tubuhnya lemah atau pada populasi yang cakupan imunisasinya rendah. Indonesia juga berbatasan dengan negara yang kinerja surveilansnya tidak diketahui, yaitu Timor Lorosae. Selain itu, di India masih diidentifikasi adanya virus polio liar pada Mei-Juni 2002.
Untuk memastikan apakah Indonesia bebas polio, dilakukan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Depkes merekrut tenaga khusus surveillance officer untuk mengatasi penurunan kinerja surveilans AFP, baik di provinsi maupun di pusat, dengan dukungan tenaga dan biaya dari WHO.

Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
3. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

1. Penyebaran Penyakit
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni :
1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit atau yang terkena penyakit.
2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
Jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan waktu.

2. Kegunaan
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.
Sumber :
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Bustan M.N. Pengantar Epidemiologi. Cet ke-2, Agustus. Jakarta : Rineka Cipta. 2006. 


Razanahtulhaq Azzahra
E2A009089
FKM UNDIP